selamat lebaran. kemarin kita baru saja memeluk penuh harap agar berjumpa dengan ramadan berikutnya. ramadan, momentum yang kita hitung mundur mungkin sejak 100 hari menjelang kedatangannya, terlepas perasaan apa yang menyertai. "tidak terasa, 100 hari lagi ramadan" "tidak terasa, ramadan menghitung hari" sampai kita menyapa, "marhaban ya ramadan" sampai kita tidak merasa, ramadan telah berlalu. rapalan mantra terucap agar kita kembali menjumpai ramadan dengan utuh, dengan penuh, dan seteduh mungkin. lalu kita sembari bersiap menjemput yang disebut sebagai hari kemenangan kita perayaan idulfitri menjadi hari yang aku selalu tunggu, seterbatas atau semelimpah apapun perasaannya dengan lega, dengan bahagia, dan dengan sukacita. bertukar maaf merobohkan dinding ego dalam diri, bertemu kerabat jauh yang bisa jadi hanya setahun sekali, saling berkunjung yang biasanya kita enggan jika tidak ada keperluan menyantap beragam jajanan tanpa kira-kira, "mu